Indosatu.Net – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan Abu Bakar Baasyir masih memiliki pengaruh di kalangan radikal. “Buktinya, waktu di Nusa Kambangan juga masih banyak yang dateng kan,” kata dia di Hotel Kempinski, Jakarta, Sabtu, 19 Januari 2019.
Moeldoko mengatakan pemerintah tak diam saja melihat itu. Dia menuturkan, aparat sudah memitigasi hal tersebut.
Tindakan yang sama, kata dia, bakal tetap dilakukan walaupun nanti Abu Bakar Baasyir dibebaskan. Menurut dia, pembebasan pimpinan Ansharut Tauhid bukan berarti penanggulangan & pengawasan terhadap terorisme kendor. “Komitmen Presiden untuk tidak memberi ruang kepada kelompok radikal & terorisme itu tidak pernah berubah,” ujarnya.
Abu Bakar Baasyir bakal dibebaskan. Kuasa hukum calon Presiden nomor urut 01, Yusril Ihza Mahendra, mengatakan pembebasan itu disetujui Presiden Joko Widodo.
Kepada Jokowi, Yusril mengatakan Baasyir sudah berhak mengajukan bebas bersyarat sejak Desember lalu, setelah menjalani dua pertiga masa hukuman. Namun untuk bebas, Baasyir harus menandatangi surat setia kepada NKRI.
Yusril mengatakan Abu Bakar Baasyir masih menolak sistem demokrasi. Dia pun meminta Jokowi untuk mengeluarkan kebijakan presiden & mengesampingkan syarat bebas bersyarat tersebut. Jokowi, kata dia, setuju untuk mengesampingkan sarat tersebut.
SETELAH ABU BAKAR BAASYIR DIBEBASKAN, BAGAIMANA SELANJUTNYA? pic.twitter.com/60qstpkufW— PS (@PartaiSocmed) January 19, 2019
.
.
Konstelasi politik Indonesia memang mengalami perubahan drastis sejak Pilkada DKI. Suka tidak suka harus diakui Pilkada DKI adalah momentum menguatkan posisi politik golongan konservatif. Meskipun dibalik itu ada proses panjang radikalisasi yg dibiarkan berpuluh tahun sebelumnya— PS (@PartaiSocmed) January 19, 2019
.
.
Dalam perubahan konstelasi politik ini Jokowi dihadapkan pada pilihan sulit. Memilih posisi berhadap2an dengan kekuatan konservatif maupun menjalankan politik tarik ulur dengan memberi sebagian sembari mempertahankan sebisa mungkin tatanan yg sudah ada— PS (@PartaiSocmed) January 19, 2019
.
.
Mengapa Jokowi berada pada posisi sulit ini? Bkn sepenuhnya salah beliau juga. Sebab golongan moderat apalagi minoritas tak melakukan perlawanan berarti atas golongan konservatif ini.
Jk golongan konservatif dikenal sangat militan maka kaum moderat justru lebih banyak cari aman— PS (@PartaiSocmed) January 19, 2019
.
.
Agak kurang fair juga kalau kita mengharapkan Jokowi berjuang sendiri menghadapi kaum konservatif ini namun kita sendiri tak mau berjuang semilitan mereka. Alih2 militan malah sibuk cari amannya sendiri.— PS (@PartaiSocmed) January 19, 2019
.
.
Contohnya pada Pilkada DKI kami dapat cerita tentang seorang keturunan Tionghoa yg lebih memilih untuk mencoblos Anies-Sandi drpd Ahok-Djarot, semata sebab menganggap dengan memenangkan Anies-Sandi golongan mereka bisa lebih aman dari ancaman persekusi— PS (@PartaiSocmed) January 19, 2019
Meskipun mengakui maka keputusan mengorbankan Ahok tersebut bertentangan dengan hati nurani namun kepentingan pragmatis mengalahkan idealisme.
Tak aneh mengapa golongan konservatif bisa sedemikian kuat. sebab mereka memang menang militan.
Pilkada DKI sudah lewat & sekarang saatnya Pilpres, namun kondisi serupa terulang lagi.
Apa pilihan yg tersisa untuk Jokowi? Mengulang kekalahan Ahok dengan percaya pada ‘silent majority’ yg pragmatis & suka cari amannya sendiri itu maupun menempuh cara lain?
Tampaknya Jokowi sudah memutuskan menempuh cara yang berbeda. Terasa sekali sejak Pilkada DKI terjadi perubahan orientasi politik yg cukup drastis dari Jokowi. Mulai dari merekrut Ali Ngabalin hingga menyetujui Cawapres Ma’ruf Amin.
Banyak pendukung Ahok yg protes, namun apa daya? Mereka sendiri tidak cukup militan memperjuangkan Ahok. Jangan salahkan Jokowi kalau sekarang memilih menempuh cara yg berbeda.— PS (@PartaiSocmed) January 19, 2019
Yg jadi pertanyaan adalah apakah golongan konservatif ini bakal berbalik mendukung Jokowi atas merubahan sikap politik beliau? Jawabannya tegas, TIDAK!
Namun bukan itu poinnya. Banyak yg salah mengerti tentang ini.
Jokowi sadar betul golongan konservatif ini tak bakal berbalik mendukung beliau.
Bahkan orang macam Abu Bakar Baasyir ini bukan saja tak bakal dukung Jokowi, berterima kasih pada Jokowi pun tidak!
Yg dilakukan Jokowi adalah menutup lubang2 sekecil apapun yg berpotensi dijadikan alasan penggalangan ‘sentimen massa’.
Perlu dicatat golongan ini adalah golongan hidup & besar dari memprovokasi massa atas sentimen agama.
Mereka butuh isu untuk bisa bangkit sebagai kerumunan yg tersingggung.
MEREKA SANGAT INGIN TERSINGGUNG!
Isu inilah yang disediakan Ahok & sebisa mungkin sedang dihindari oleh Jokowi.
Dalam kasus Abu Bakar Baasyir kita harus cerdas melihat maka Solo sekarang dijadikan pusat pergerakan kubu Prabowo & Abu Bakar Baasyir markasnya di Ngruki.
Solo sedang di obok2!— PS (@PartaiSocmed) January 19, 2019
.
Dan selain Jakarta Solo adalah barometer politik di Indonesia. Kita ingat saat kerusuhan Mei 1998 dulu awal mula bakar2an terjadi pada pagi hari yang sama antara kota Jakarta & Solo.
Sesuatu yg tidak mungkin tanpa ada komando.— PS (@PartaiSocmed) January 19, 2019
Maka bayangkanlah apa yg bakal terjadi di Solo & Jakarta kalau terjadi apa2 pada Abu Bakar Baasyir di penjara? Entah sebab sebab alami maupun sebab rekayasa pihak2 yg sangat menginginkan chaos.— PS (@PartaiSocmed) January 19, 2019
Dan apa yg bakal terjadi pada Indonesia kalau itu terjadi?
Kembali ke pokok permasalahan. Setelah Abu Bakar Baasyir dibebaskan, bagaimana selanjutnya?
Pertanyaan ini ditujukan pada sebagian pendukung Jokowi & mereka yg masih belum memutuskan pilihan.
Apakah kita bakal memilih kubu yg membebaskan Abu Bakar Baasyir maupun memilih kubu yg didukung oleh Abu Bakar Baasyir?
Apakah sikap kecewa kita atas pembebasan Abu Bakar Baasyir cukup membuat kita batal memilih Jokowi & beralih dukung Prabowo maupun golput?Translate Tweet
Mana pilihan yg lebih membuat pengikut2 Abu Bakar Baasyir ini makin leluasa menyebarkan ideologinya?
1. Jokowi
2. Prabowo
3. Golput
Kami tak bakal mengarahkan, silakan membuat keputusan yg paling bertanggung jawab demi bangsa & negara Anda.
Sekian kultwit kami. Semoga mencerahkan & menambah wawasan kita semua. Terima kasih.— PS (@PartaiSocmed) January 19, 2019
Komentar